Rabu, 23 September 2009

TRADISI PULANG KAMPUNG

Ketika ramadhan hampir berakhir, memasuki 10 putaran ketiga di Pusat Pelatihan RAMADHAN , kegiatan ibadah malam hari biasanya mulai menampakkan kemajuan dalam barisan shaff sholat ( barisan yang ikut berjamaah sholat makin mendekati tempat imam berdiri ), itupun berlaku sama dimanapun tempat pelaksanan teraweh dilakukan. Mungkin hampir di semua sudut sudut pelosok bumi Indonesia terjadi hal yang sama, itu mungkin saja terjadi. Dalam sesion 10 putaran terakhir pula biasanya kaum perantau yang mengais keuntungan di negeri orang akan melakukan tradisi rutinitas tiap tahun yaitu MUDIK atau pulang kampung untuk menyambut dan melaksanakan pesta kemenangan atas berakhirnya pelatihan menahan hawa nafsu selama 1 bulan penuh.

Pulang Kampung ketika Lebaran tiba seolah-olah adalah suatu kewajiban bagi para perantau dan harus dilakukan,seakan kurang sempurna rasanya jika selesai berpuasa satu bulan penuh tidak dilanjutkan dengan MUDIK / pulang kampung. Laksana makan tanpa sambal, laksana doa tanpa ditutup dengan ucapan Amin, mungkin begitulah alasan dari para perantau. Walau harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit tetapi kepuasan dan rasa ayem yang dirasakan bisa mengalahkan berapapun uang yang harus dikorbankan, demi kata MUDIK.

Fenomena Mudik mungkin hanya ada di Indonesia, kemacetan , berdesakan ,kerumunan orang yang antri karcis, berebut untuk mendapatkan tempat duduk di bus maupun kereta api, bahkan sampai ada yang rela menempati ruang kamar kecil / toilet demi untuk dapatnya bisa pulang kampung, Subhanallah. Betapa dahsyatnya pesona pulang kampung hingga dapat membius para perantau untuk melakukan apa saja agar bisa sampai ke kampung halamannya.

Pulang kampung adalah sebuah agenda tahunan yang perlu dan mutlak harus disikapi positif oleh penentu kebijakan agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik, tertib dan tentunya aman sebagai harapan akhirnya. Semoga ...........